Perkembangan Konseptual dan Eksistensi Konvensi Ketatanegaraan Pasca-Perubahan Konstitusi
Main Article Content
Abstract
The existence of constitutional conventions in Indonesia after the Amendment of the 1945 Constitution is problematic due to the abolition of the Explanation of the Constitution. Through a conceptual approach, this article answers its problem that constitutional conventions still exist because conventions are sub-systems that are always attached and present in the state constitutional system everywhere, including Indonesia. This article further discusses the development of constitutional conventions starting from the doctrine presented by Dicey in 1885 to current opinions by classifying the development of the term, source/rise, function, binding and obedience, mode of change, and the role of the court. From these developments, the understanding of constitutional conventions in Indonesia cannot be based on old doctrines or examples that tend to be out of date because conventions adapt like 'amoeba', not only in the context of carrying out the constitutional process but also filling in the gaps to complete the constitutional law supposed to be filled in by written law. Therefore, there are two important urgencies: first, academic urgency in the form of enrichment and deepening of conventions through teaching and research; second, the urgency of the constitutional practice of the Indonesian constitutional system, especially conventions that strengthen the principle of the constitution, democracy, and political accountability, both in executive institutions, the legislature, including the courts. The constitutional practice is not enough just to look at the written constitutional law, but also the principles, ethics, and morality accompanying the Indonesian constitutional system.
Abstrak
Eksistensi konvensi ketatanegaraan di Indonesia Pasca-Perubahan Konstitusi UUD 1945 kerap dipersoalkan sebagai dampak dihapuskannya bagian Penjelasan. Melalui pendekatan konseptual, artikel ini menjawab persoalan tersebut bahwa konvensi ketatanegaraan tetaplah eksis karena konvensi merupakan sub-sistem yang selalu melekat dan hadir pada sistem ketatanegaraan negara di mana-pun termasuk Indonesia. Artikel ini lebih jauh membahas perkembangan konvensi ketatanegaraan mulai dari doktrin yang disampaikan Dicey pada 1885 sampai dengan pendapat-pendapat kontemporer, dengan mengelompokkan pada perkembangan istilah, awal mula terbentuk, fungsi, daya ikat dan kepatuhan, cara perubahan, serta peranan pengadilan. Dari perkembangan tersebut, maka pemahaman terhadap konvensi ketatanegaraan di Indonesia tidak dapat disandarkan pada doktrin maupun contoh-contoh lama yang cenderung out of date, karena konvensi beradaptasi layaknya ‘amoeba’, tidak hanya dalam rangka menjalankan proses ketatanegaraan, namun juga mengisi kekosongan guna menyempurnakan hukum ketatanegaraan yang seharusnya diisi oleh hukum tertulis. Karena itu, terdapat dua urgensi penting: pertama urgensi akademik berupa pengayaan dan pendalaman konvensi melalui pengajaran dan penelitian; kedua, urgensi praktik penyelenggaraan ketatanegaraan Indonesia khususnya konvensi yang memperkuat sendi konstitusi, demokrasi dan akuntabilitas politik, baik pada lembaga ekskekutif, legislatif, termasuk pengadilan. Penyelenggaraan negara sejatinya tidak cukup hanya dengan melihat hukum ketatanegaraan tertulis semata, melainkan dibutuhkan juga prinsip, etika dan moralitas yang membersamai ketatanegaraan Indonesia.
Article Details
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.
Penulis yang mengirimkan naskah artikel pada Undang: Jurnal Hukum memahami dan menyepakati bahwa apabila naskahnya diterima dan dipublikasikan, maka hak cipta artikel tersebut dipegang oleh Undang: Jurnal Hukum, Fakultas Hukum Universitas Jambi. Pencipta artikel tersebut, sebagaimana ketentuan UU Hak Cipta, tetap melekat pada penulisnya. Sebagai pemegang hak cipta, Undang: Jurnal Hukum berhak secara eksklusif untuk mengumumkan, memperbanyak, dan mendistribusikan artikel tersebut, baik melalui versi cetak maupun digital. Undang: Jurnal Hukum sebagai pemegang hak cipta juga membolehkan kepada siapa pun untuk mengumumkan, memperbanyak, dan mendistribusikan artikel tersebut untuk kepentingan ilmiah atau akademis sepanjang tidak mengubah isi, kepengarangan, dan hak sitasinya; sedangkan pengumuman, perbanyakan, dan pendistribusian secara komersil harus melalui persetujuan tertulis dari Ketua Penyunting.
References
Agiwinata, Weldi. “Konvensi Ketatanegaraan sebagai Batu Uji dalam Pengujian Undang-Undang di Mahkamah Konstitusi”. Yuridika, 29, 2, (2014): 149-67. DOI: 10.20473/ydk.v29i2.364.
Ahmed, Farrah, Richard Albert, dan Adam Perry. “Enforcing Constitutional Conventions”. International Journal of Constitutional Law, 17, 4 (2019): 1146-65. DOI: 10.1093/icon/moz061.
Ahmed, Farrah, Richard Albert, dan Adam Perry. “Judging Constitutional Conventions”. International Journal of Constitutional Law, 17, 3 (2019): 787-806. DOI: 10.1093/icon/moz060.
Alder, John. Constitutional & Administrative Law. London: Palgrave, edisi 10, 2010.
Asshiddiqie, Jimly. Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara Jilid 1. Jakarta: Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, 2006.
Barnett, Hillaire. Constitutional & Administrative Law. London: Cavendish Publishing Limited, eidisi 14, 2002.
Belarminus, Robertus. “6 Dinasti Politik dalam Pusaran Korupsi Suami Istri Hingga Anak-Orang Tua”. https://nasional.kompas.com/read/2018/03/02/07292391/6-dinasti-politik-dalam-pusaran-korupsi-suami-istri-hingga-anak-orangtua?page=all, 02/03/2018. Diakses 21/12/2020.
Black, Henry Campbell. Black’s Law Dictionary. St. Paul Minn: West Publishing Co, edisi lima, 1979.
Bradley, A.W. dan K.D. Ewing. Constitutional and Administrative Law. Harlow, England: Pearson Longman, edisi 14, 2007.
Bramasta, Dandy Bayu. “Saat Kursi Menteri Jadi Rebutan.” https://www.kompas.com/tren/read/2019/10/15/121052765/saat-kursi-menteri-jadi-rebutan-partai-politik?page=all, 15/10/2019. Diakses 20/12/2020.
Busroh, Abu Daud, dan Abubakar Busro. Asas-Asas Hukum Tata Negara. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983.
Cane, P. dan J. Conaghan. The New Oxford Companion to Law. Oxford: Oxford University Press, 2009. https://www.oxfordreference.com/view/10.1093/acref/9780199290543.001.0001/acref-9780199290543-e-426?rskey=FmI625&result=427. Diakses 20/12/2020.
Carrol, Alex. Constitutional and Administrative Law. Harlow, England: Pearson, edisi sembilan, 2017.
Dicey, Albert Van. Introduction to the Study of the Law of the Constitution. London & Basingstoke: The Macmillan Press, edisi 10, 1979.
Galligan, Brian dan Scott Brenton. “Constitutional Conventions.” Dalam Constitutional Conventions in Westminster System: Controversies, Changes and Challenges, diedit oleh Brian Galligan dan Scott Brenton, 8-23. Cambridge: Cambrdige University Press, 2015. DOI: 10.1017/cbo9781316178560.002.
Gibson, R. B. “The Value of Participation”. Dalam Environmental Management and Public Participation, diedit oleh P.S. Elder, 7-39. Ottawa: Canadian Environmental Law Research Foundation, 1975.
Heard, Andrew. “Constitutional Conventions: The Heart of the Living Constitution”. Journal of Parliamentary and Political Law, 6 (2012): 319-38.
Heard, Andrew. “Constitutional Conventions and Written Constitutions: The Rule of Law Implications in Canada”. Dublin University Law Journal, 38, 2 (2015): 331-61.
Kompas.com. “Cerita Di Balik Suami Jabat Bupati Kutai Timur dan Istri Jadi Ketua DPRD”. https://regional.kompas.com/read/2019/10/12/10010091/cerita-di-balik-suami-jabat-bupati-kutai-timur-dan-istri-jadi-ketua-dprd?page=all, 12/10/2019. Diakses 20/12/2020.
Kompas.com. “Jokowi Presiden Pertama Anak dan Menantunya Jadi Wali Kota”. https://www.kompas.tv/article/129856/jokowi-presiden-pertama-anak-dan-menantunya-jadi-wali-kota, 11/12/2020. Diakses 21/12/2020.
Mahardika, Ahmad Gelora. “Konvensi Ketatanegaraan dalam Sistem Hukum Nasional di Indonesia Pasca Era Reformasi”. Jurnal Recthsvinding, 8, 1 (2019): 55-68. DOI: 10.33331/rechtsvinding.v8i1.303.
Manan, Bagir. Konvensi Ketatanegaraan. Yogyakarta: FH UII Press, 2006.
Marshall, Geoffrey. Constitutional Conventions: The Rules and Forms of Political Accountability. Oxford: Oxford University Press, 1984.
Martin, Elizabeth A (ed.). A Dictionary of Law. Oxford: Oxford University Press, edisi lima, 2003.
Mill, John Stuart. Considerations on Representative Government. London: The Electric Book Company, 2001.
Phillips, O Hood. Constitutional and Administrative Law. London: Sweet & Maxwell, edisi enam, 1978.
Phillips, O Hood. “Constitutional Conventions: Dicey’s Predecessors”. The Modern Law Review, 29, 2 (1966): 137-48. DOI: 10.1111/j.1468-2230.1966.tb01110.x.
Phillips, Owen Hood, Paul Jackson, dan Patricia Leopold. Constitutional and Administrative Law. London: Sweet & Maxwell, 2001.
Prianto, Budhy. “Partai Politik, Fenomena Dinasti Politik dalam Pemilihan Kepala Daerah, dan Desentralisasi”. Publisia: Jurnal Ilmu Administrasi Publik, 1, 2 (2016): 105-17. DOI: 10.26905/pjiap.v1i2.436.
Ranawidjaja, Usep. Hukum Tata Negara Indonesia: Dasar-Dasarnya. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983.
Republik Indononesia, Majelis Permusyawaratan Rakyat. Panduan Pemasyarakatan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Sesuai dengan Urutan Bab, Pasal, dan Ayat. Jakarta: Sekretariat Jenderal MPR RI, 2007.
Rishan, Idul. “Risiko Koalisi Gemuk dalam Sistem Presidensial di Indonesia”. Jurnal Hukum Ius Quia Iustum, 27, 2 (2020): 219-40. DOI: 10.20885/iustum.vol27.iss2.art1.
Siegel, Neil S. “Political Norms, Constitutional Conventions, and President Donald Trump”. Indiana Law Journal, 93, 1 (2018): 177-205.
Suharto, Didik Gunawan, dkk. “Pilkada, Politik Dinasti, dan Korupsi”. Dalam Prosiding Konferensi Perkumpulan Dekan Ilmu-Ilmu Sosial PTN Se-Indonesia, diedit oleh Irman, dkk., 30-49. Tanjung Pinang: FISIP Umrah, 2017.
Sungkar, Lailani dan Abdurrachman Satrio. “Tipologi Mahkamah Konstitusi Indonesia dalam Pusaran Politik dan Hukum: Kajian pada Putusan tentang Pemilu Serentak". Jurnal Majelis, 7 (2018): 25-36.
Susanti, Martien Herna. “Dinasti Politik dalam Pilkada di Indonesia”. Journal of Government and Civil Society, 1, 2 (2017): 111-19. DOI: 10.31000/jgcs.v1i2.440.
Susanto, Mei. “Pelembagaan Oposisi dalam Badan Perwakilan Rakyat Indonesia”. Dalam Interaksi Konstitusi dan Politik: Kontekstualisasi Pemikiran Sri Soemantri, diedit oleh Susi Dwi Harijanti, dkk., 87-100. Bandung: PSKN FH Unpad, 2016.
Susanto, Mei. “Mekanisme Pemilihan Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat”. Jurnal Legislasi, 16, 2 (2019): 263-77.
Stephens, Jonathan. “Rule of Beliefs : Constitutional Conventions and the Rule of Law”. UNSW Law Journal Student Series, 13, 2 (2013): 1-23.
Taylor, Greg. “Convention By Consensus: Constitutional Conventions In Germany”. International Journal of Constitutional Law, 12, 2 (2014): 303-29. DOI: 10.1093/icon/mou027.
Vetzo, Max. “The Legal Relevance of Constitutional Conventions in the United Kingdom and the Netherlands”. Utrecht Law Review, 14, 1 (2018): 143-56. DOI: 10.18352/ulr.432.
Wade, E.C.S. “Introdution to A.V. Dicey”. Dalam Dicey, A.V., An Introduction to the Study of the Law of the Constitution. London: Mc. Millan, edisi 10, 1979.
Wade, E.C.S. dan Geoffrey G. Phillips. Constitutional Law: An Outline of the Law and Practice of the Constitution, including Central and Local Government, the Citizen and the State, and Administrative Law. London: Longman, edisi sembilan, 1970.
Webber, Gregoire. “Loyal Opposition and the Political Constitution”. Oxford Journal of Legal Studies, 37, 2 (2017): 1-26. DOI: 10.1093/ojls/gqw023.
Wheare, K.C. Modern Constitutions. London: Oxford University Press, 1951.
Whittington, Keith E. “The Status of Unwritten Constitutional Conventions in the United States”. University of Illinois Law Review, 5 (2013): 101-24.
Wilson, James G. “American Constitutional Conventions: The Judicially Unenforceable Rules That Combine With Judicial Doctrine and Public Opinion to Regulate Political Behavior”. Buffalo Law Review, 40, 3 (1992): 645-738.
Peraturan dan Putusan Hukum
Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar 1945.
Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Republik Indonesia, Mahkamah Konstitusi. Putusan Nomor 51-52-59/PUU-VI/2008 perihal Uji Materi Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden.
Republik Indonesia, Mahkamah Konstitusi. Putusan Nomor 49/PUU-VIII/2010 perihal Uji Materi Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan.
Republik Indonesia, Mahkamah Konstitusi. Putusan Nomor 14/PUU-XI/2013 perihal Uji Materi Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden.
Republik Indonesia, Mahkamah Konstitusi. Putusan Nomor 73/PUU-XII/2014 perihal Uji Materi Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD.
Republik Indonesia, Mahkamah Konstitusi. Putusan Nomor 34/PUU-XIII/2015 perihal Uji Materi Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Pemilihan Kepala Daerah.
Republik Indonesia, Mahkamah Konstitusi. Risalah Sidang Perkara Nomor 91/PUU-XVIII/2020, 103/PUU-XVIII/2020, 105/PUU-XVIII/2020, 107/PUU-XVIII/2020, 4/PUU-XIX/2021, 6/PUU-XIX/2021 perihal Pengujian Formil dan Materiil Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja Terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Acara Mendengarkan Keterangan Ahli DPR (XIII) dan (XII), 13/10/2021.